
Portalika.id [SOLO]-Cita-cita menjadikan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia di tahun 2045 sangat potensial untuk diwujudkan. Faktor pendukung di Indonesia cukup ada di antaranya pertama, ekosistem tropis Indonesia yang memungkinkan kegiatan pertanian dilakukan sepanjang tahun. Kedua, adanya variasi genetik tumbuhan yang dimiliki Indonesia.
Persoalan itu dibahas di Seminar Nasional bertema Sumber Daya Pertanian Berkelanjutan Dalam Mendukung Ketahanan dan Keamanan Pangan Indonesia pada Era Revolusi Industri 4.0 di kampus Fakultas Pertanian UNS, Surakarta, Rabu (27/3). Pernyataan itu disampaikan Wakil Dekan III FP UNS, Hery Widijanto. Menurutnya, seminar dalam rangka Dies Natalis ke-43 UNS dan pemilihan tema berdasarkan pemikiran mengenai potensi dan peran strategis sektor pertanian dalam rangka mendukung swasembada pangan dan peran Indonesia sebagai lumbung pangan dunia dalam menghadapi era revolusi industri 4.0.
Pemapar makalah utama disampaikan Dr Ir Riwantoro, MM, Sekretaris Badan Ketahanan Pangan, Kementerian Pertanian RI yang mengambil tema Kebijakan Pemerintah dalam Mewujudkan Pencapaian Ketahanan dan Keamanan Pangan pada Revolusi Industri 4.0”, kemudian Dr Ir Harwanto, MSi, Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Tengah dengan tema Riset Terkini yang Mendukung Pencapaian Ketahanan dan Keamanan Pangan pada Revolusi Industri, Prof Dr Ir Bambang Pujiasmanto, MS, Dekan Fakultas Pertanian UNS dengan tema Potensi Keanekaragaman Hayati dalam Mendukung Pencapaian Ketahanan dan Keamanan Pangan pada Revolusi Industri 4.0 dan Astri Purnamasari, VP of Corporate Service TaniHub dengan tema Peran Industri Pangan dalam Mendukung Ketahanan dan Keamanan Pangan pada Revolusi Industri 4.0.
Hadir di seminar nasional sejumlah 141 pemakalah berasal dari pemangku kebijakan, pakar, peneliti, akademisi (dosen dan mahasiswa), pengusaha terkait bidang pertanian dan asosiasi profesi. Dalam rilisnya yang diterima portalika.id, Indonesia dikenal memiliki keanekaragaman hayati yang sangat kaya.
Antara lain tanaman pangan, hewan ternak, bakteria dan indigenous knowledge dalam pengolahan pangan baik yang sudah ada maupun yang belum banyak diketahui informasinya. Hal tersebut ditambah lagi dengan adanya improved varieties untuk komoditas pangan dan ternak. Juga, potensi mewujudkan lumbung pangan semakin besar dengan aktivitas ekstensifikasi dan intensifikasi kegiatan pertanian dalam arti luas.

Namun demikian, perlu dilakukan usaha efektif dalam mengelola potensi-potensi yang ada untuk menggapai cita-cita tersebut. Saat ini, pengelolaan pertanian Indonesia di berbagai wilayah masih cenderung bersifat tradisional sehingga masih menyisakan beberapa faktor yang perlu dibenahi. Pada era revolusi industri 4.0 ini, arah pengelolaan pertanian Indonesia sudah seharusnya menyesuaikan perkembangan era teknologi digital dan otomatisasi. Konsep pengembangan pertanian yang banyak dikembangkan pada saat untuk mendukung era revolusi industri 4.0 adalah konsep pertanian cerdas, yang biasa juga disebut smart farming atau precision agriculture.
Konsep ini merujuk pada penerapan TIK pada bidang pertanian. Tujuan utama penerapan terknologi tersebut adalah untuk melakukan optimasi berupa peningkatan hasil baik kualitas dan kuantitas serta efisiensi penggunaan sumber daya yang ada. Pemanfaatan kemajuan revolusi industri 4.0 di bidang pertanian diharapkan dapat menunjang peningkatan produksi pangan dari hulu ke hilir dan memperlancar distribusinya serta dapat meningkatkan kesejahteraan petani.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan pertanian berbasis revolusi industri 4.0 antara lain adalah sumberdaya manusia, diseminasi teknologi dan pemanfaatannya, kondisi lahan pertanian dan regulasi dan dukungan dari Pemerintah. Kampus, lembaga penelitian, perusahaan dan kelompok masyarakat harus ikut andil dalam mendorong pemanfaatan revolusi industri 4.0 di bidang pertanian.
Hery Widijanto, menjelaskan seminar juga bekerjasama dengan Ikatan Keluarga Alumni Fakultas Pertanian (IKATANI) UNS. “Ada berbagai kegiatan bersamaan. Di antaranya, pra Lokakarya Nasional (Praloknas) Forum Komunikasi Perguruan Tinggi Pertanian Indonesia Badan Kerjasama (BKS) wilayah Timur. Forum Group Discussion (FGD) Perhimpunan Agroteknologi/Agroekoteknologi Indonesia (PAGI) dan Perhimpunan Agronomi Indonesia (PERAGI) untuk membahas Learning Outcome Prodi S2 Agroteknologi/Agroekoteknologi dan Agronomi.”

Juga, FGD Asosiasi Progam Studi Ilmu Tanah Indonesia (APSITI), FGD Asosiasi Agribisnis Indonesia (AAI) dan program studi lain, seperti S1 PKP dan Diploma III Agribisnis dan Teknologi Hasil Pertanian.
Sehari sebelumnya dilaksanakan Kompetisi Aplikasi Pertanian Berbasis Android dengan nama EMOTYCON (AgriculturE Mobile TechnologY CONtest). Tema yang diangkat Peran Digital dalam Mewujudkan Ketahanan dan Keamanan Pangan di Era Revolusi Industri 4.0. Kegiatan ini merupakan kerjasama IKATANI UNS dengan Fakultas Pertanian UNS. Juara I, II dan III mendapatkan trofi, piagam penghargaan dan uang pembinaan secara berjenjang. Juara I mendapatkan Rp2.500.000, juara II senilai Rp1.500.000 dan juara III senilai Rp500.000.
“Kompetisi diharapkan mampu mendorong minat dan kreativitas generasi muda untuk memanfaatkan teknologi dalam rangka mempersiapkan dan menyamput era revolusi industri 4.0.” (Triantotus)