
Portalika.ID [SOLO]-Anggota Dewan Penyantun Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Prof Mahfud MD, menitipkan pesan kepada mahasiswa baru (Maba) UNS angkatan 2020 agar mampu menjadi pemimpin bangsa di masa depan yang bersih, berintegritas, dan anti terhadap korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Ia menyebut jika kelak pemerintah dipimpin oleh pemimpin yang korup dan tidak berintegritas, hal tersebut akan melunturkan semangat nasionalisme warga negara, yang tentunya juga akan berimbas pada sikap bela negara.
Pernyataan Mahfud yang juga Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) itu disampaikan dalam kuliah umum pada pembukaan Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) luring dan daring Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Senin (14/9/2020).
“Saudara harus menjadi generasi yang turut membangun pemerintahan yang bersih, karena nasionalisme bisa luntur kalau orang-orang yang memerintah koruptif, mau enaknya sendiri. Saya berpesan perlu ditanamkan pada diri anda beberapa sikap dasar yang salah satunya adalah sikap cinta tanah air karena inti dari bela negara adalah mencintai negeri ini,” katanya.
Anggota Dewan Penyantun UNS lebih dua periode ini, menyinggung soal kesadaran bela negara generasi muda Indonesia, khususnya mahasiswa baru UNS angkatan 2020, yang kelak akan memegang tongkat estafet kepemimpinan bangsa. Dia mengatakan sesuai dengan Pasal 27 dan 30 ayat 1 UUD 1945, setiap warga negara Indonesia memiliki hak dan kewajiban untuk membela negara, baik dalam menghadapi ancaman perang dengan negara lain maupun intervensi asing yang mengganggu kedaulatan NKRI.

“Membela negara itu bukan hanya hak tetapi juga kewajiban. Oleh sebab itu, jika negara mengalami keadaan tertentu yang menghendaki warga negara turun tangan dan ikut membelanya, maka negara dapat melakukan tindakan yang mewajibkan warga negara ikut dalam bela negara,” ujar Prof Mahfud MD.
Disampaikan Deputi Humas UNS,, kuliah umum disiarkan melalui Zoom Cloud Meeting dan kanal Youtube resmi UNS. Prof Mahfud MD mengatakan sikap bela negara merupakan salah satu ungkapan syukur yang bisa diwujudkan dalam menghargai kemerdekaan RI yang berhasil diwujudkan para pendiri bangsa. Setiap warga negara juga harus mengutamakan tekad, sikap, dan tindakan secara teratur, menyeluruh, terpadu, dan berlanjut dengan dilandasi rasa kecintaan terhadap tanah air, berbangsa dan bernegara, keyakinan terhadap Pancasila dan UUD 1945 demi menjaga dan membela keutuhan dan kemajuan NKRI.
Kemerdekaan RI 75 tahun yang lalu, disebut Prof Mahfud sebagai rahmat dari Allah Yang Maha Kuasa yang menghendaki Indonesia untuk semakin berkembang dan maju. Berkat kemerdekaan itulah, setiap warga negara dapat bercita-cita, berusaha, dan menggapai mimpinya masing-masing.
“Kalian bisa menjadi mahasiswa, kalian bisa bercita-cita menjadi apa saja dan bisa meraihnya karena Indonesia merdeka. Maka, untuk bela negara ini menurut posisi kita masing-masing. Saudara terdiri dari berbagai profesi yang semuanya membela negara menurut keahlian dan profesi agar Indonesia maju,” kata mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) ini.
Mengutip hasil riset PEW Research Center yang menyurvei karakteristik generasi milenial, Prof Mahfud menyebut keunikan generasi ini terletak pada intensnya penggunaan internet sebagai kebutuhan pokok. Dengan masifnya kemajuan iptek, Prof Mahfud menekankan bentuk bela negara sebagai perwujudan pertahanan negara harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi serta bentuk ancaman yang dihadapi saat ini dan dimasa depan.
Ancaman yang saat ini membayang-bayangi Indoensia, bukanlah ancaman militer atau fisik saja, tetapi juga ancaman lain seperti persaingan global, perdagangan bebas, upaya pelemahan sumber daya manusia (SDM), perusakan sosial budaya, destruksi terhadap kemajemukan, munculnya sikap-sikap intoleransi, dan rongrongan terhadap nasionalisme serta derasnya arus informasi yang harus disikapi secara cermat dan bijaksana oleh generasi milenial. (Trianto H Suryono)