
Portalika.ID [SOLO]-Rektor Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Prof Dr Jamal Wiwoho, SH MHum mengingatkan generasi milenial untuk memanfaatkan teknologi. Kemajuan teknologi berdampak otomatis pengurangan tenaga kerja namun kemajuan teknologi memudahkan generasi milenial menjadi pengusaha.
“Di era digital sekarang ini, bisa jadi mudah untuk menjadi pengusaha karena kemajuan teknologi. Hanya saja generasi milenial tingkat kesuksesan usahanya masih rendah, karena faktor gaya hidup yang masih konsumtif,” ujar Rektor.
Pernyataan Rektor disampaikan saat membuka talkshow bertajuk Kampus Sukses Menjadi Entrepreneur Muda di Tengah Era Disrupsi. Kegiatan digelar Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta di Aula FEB UNS, Selasa (15/10/2019). Sebagai pembicara Direktur Strategic Human Capital BTN, Yossi Istanto, Owner Regarsport, Jumariyanto, Ekonom Indef, Bhima Yudhistira dan Staf Ahli Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Pengembangan Usaha UNS, Dr Sutanto SSi, DEA.
Rektor meminta mahasiswa atau generasi milenial merubah paradigma. Menurutnya, perlu perubahan paradigma atau pola pikir dari para milinial. “Tidak hanya mampu bekerja dengan cara-cara efisien dan produktif saja tetapi untuk menjadi hebat dan memenangkan persaingan, harus punya inovasi, kreativitas dan entrepreneurship. Sekarang ini ada sekitar 130 juta jiwa yang berusia produktif dapat mengambil kesempatan baru untuk mengembangkan bisnis di era digital. Sebut saja Gojek, Tokopedia, Bukalapak dan yang terakhir muncul Ruang Guru diprediksi dalam waktu dekat akan menjadi Unicorn Indonesia,” ujarnya.

Lebih lanjut Rektor, mengatakan revolusi industri 4.0 yang melanda semua negara, mendorong terjadinya disrupsi dalam berbagai bidang. Revolusi industri memberikan tantangan dan peluang bagi generasi muda atau generasi milenial. Generasi milenial cukup dominan pada era digital akan memainkan peran sangat penting dalam menghadapi industri 4.0. Hal itu terkait erat dengan masa bonus demografi negara Indonesia hingga tahun 2030.
“Kita sadar dan akui bahwa perubahan teknologi dewasa ini terjadi begitu cepat akibat disrupsi. Tren perkembangan teknologi juga telah bergeser, sehingga perusahaan teknologi digital merajai ekosistem dan perekonomian dunia. Tantangan lain yang kita hadapi saat ini adalah lapangan pekerjaan menjadi semakin berkurang akibat kemajuan teknologi.”
Jamal menambahkan, diperkirakan setidaknya 5 juta orang akan kehilangan pekerjaan akibat otomasi. Perubahan besar dunia industri nampaknya berdampak langsung terhadap eksistensi generasi milenial, karena meskipun generasi milenial memiliki jiwa wirausaha yang tinggi, namun ternyata masih lemah dalam eksekusinya.

Menurutnya, pesatnya perkembangan bisnis digital membuat Pemerintah Indonesia menargetkan terciptanya 1.000 technopreneur pada tahun 2020 mendatang. “Untuk itulah, saya dan kampus UNS harus bisa mengajak generasi milenial terutama yang hadir di acara ini dan di seluruh Indonesia, untuk meraih kesempatan yang sama dalam berkontribusi dan berperan aktif di era industri digital.”
UNS, jelasnya, harus bisa melakukan empowering human talents yang dimiliki saat ini untuk menghadapi era revolusi industri 4.0 dan era VUCA (Volatile/cepat berubah, Uncertain/situasi yang tidak pasti, Complexity/lebih banyak faktor yang saling mempengaruhi, dan Ambiguous/tidak jelas artinya). Kuncinya hanya satu yaitu SDM yang kompetitif dan inovatif. “Untuk membuktikan bahwa UNS mampu melakukan inovasi, saat ini kami juga telah memiliki startup hasil riset dosen muda Fakultas Teknik berupa Battery Lithium dan Batik Pewarna Alami (Ecody), yang selanjutnya akan menjadi Teaching Factory-nya UNS,” imbuhnya.
Pemimpin Redaksi Harian Bisnis Indonesia, Hery Trianto mengatakan kegiatan talkshow tidak hanya diselenggarakan di UNS melainkan digelar diberbagai kampus lain. “Dengan acara ini, kami menghimbau kepada mahasiswa ketika lulus tidak hanya mencari pekerjaan melainkan bisa menciptakan lapangan pekerjaan.” (Trianto Hery Suryono)