
Portalika.ID [JAKARTA]-Masyarakat Indonesia kehilangan pahlawan teknologi dan demokrasi, Prof Dr BJ Habibie, Presiden ke-3 RI setelah wafat pada Rabu (11/9) pukul 18/05 WIB di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, Jakarta. Pemakaman Presiden ke-3 itu dilakukan Kamis (12/9) di Taman Makam Pahlawan, Kalibata.
Presiden ke-7 RI, Joko Widodo (Jokowi) memimpin upacara pemakaman almarhum Bacharuddin Jusuf Habibie, 83.
Kepala Biro Pers, Media, dan Informasi Sekretariat Presiden, Erlin Suastini dalam pernyataannya yang diterima Portalika.ID, menjelaskan sekitar pukul 13.37 WIB, jenazah almarhum tiba di TMP Kalibata setelah sebelumnya diserahkan pihak keluarga kepada negara di rumah duka di kawasan Patra Kuningan.
Turut hadir dalam upacara pemakaman ini yaitu Wakil Presiden Jusuf Kalla, Ibu Negara Iriana Jokowi, Ibu Mufidah Jusuf Kalla, Presiden ke-5 RI, Megawati Soekarnoputri, Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono, Wakil Presiden ke-6 RI, Try Sutrisno, Wakil Presiden ke-11 RI, Boediono dan istri Presiden ke-4 RI, Ibu Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid.

Selain itu tampak hadir sejumlah pimpinan lembaga negara, para menteri Kabinet Kerja dan para duta besar dan perwakilan negara-negara sahabat serta ribuan masyarakat yang hendak memberikan penghormatan terakhir bagi BJ Habibie.
Penyerahan jenazah almarhum diwakili oleh putra kedua almarhum, Thoriq Kemal Habibie, dan diterima oleh Ketua Mahkamah Konstitusi, Anwar Usman, yang mewakili negara dalam upacara persemayaman jenazah.
Presiden Joko Widodo kemudian mengiringi dari belakang peti jenazah. Peti jenazah yang diselimuti bendera Merah Putih tersebut diangkat oleh anggota TNI menuju tempat peristirahatan terakhir.
Prosesi upacara dibuka dengan laporan komandan upacara Komandan Rindam Jaya, Kolonel (Inf) Ketut Gede Wetan Pastia kepada Presiden Jokowi yang bertindak selaku inspektur upacara dilanjutkan dengan pembacaan riwayat hidup singkat almarhum. Presiden kemudian memimpin pembacaan Apel Persada.
“Saya Presiden Republik Indonesia, atas nama negara, bangsa, dan Tentara Nasional Indonesia, dengan ini mempersembahkan ke persada Ibu Pertiwi jiwa raga dan jasa-jasa almarhum Prof Dr Ing H Bacharuddin Jusuf Habibie, Presiden ke-3 Republik Indonesia, putra dari Bapak Alwi Abdul Jalil Habibie (almarhum). Semoga jalan darmabakti yang ditempuhnya dapat menjadi suri teladan bagi kita semuanya dan arwahnya mendapat tempat yang semestinya di alam baka,” ucap Presiden.

Peti jenazah kemudian diturunkan ke liang lahad dengan diiringi penghormatan militer. Setelah itu, pihak keluarga almarhum menaburkan bunga di liang lahad.
Secara simbolis, Presiden Joko Widodo kemudian memulai penimbunan liang lahad yang turut diikuti Ilham Akbar Habibie selaku perwakilan dari anggota keluarga. Prosesi upacara dilanjutkan dengan peletakan karangan bunga oleh Presiden Jokowi dan pihak keluarga.
Presiden mengatakan bahwa bangsa Indonesia telah kehilangan salah satu putra terbaiknya. Putra terbaik yang pantas dijadikan teladan dan senantiasa berpikir demi kemajuan bangsa. “Beliau adalah suri teladan bagi seluruh anak bangsa. Sungguh Indonesia telah kehilangan salah satu putra terbaiknya. Kita hadir di sini, di Taman Makam Pahlawan Kalibata, untuk memberikan penghormatan terakhir kepada beliau,” ujarnya.
Pemerintah Indonesia menetapkan hari berkabung dan meminta masyarakat mengibarkan bendera merah putih setengah tiang selama tiga hari, yakni 12-14 September. Presiden juga menyebut bahwa kepergian BJ Habibie membuat bangsa Indonesia kehilangan seorang negarawan sejati, inspirator, sekaligus ilmuwan yang selalu menekankan perpaduan antara ilmu dan ketakwaan.
“Beliau adalah seorang negarawan sejati, seorang inspirator, seorang ilmuwan yang meyakini bahwa tanpa cinta kecerdasan itu berbahaya. Ilmu pengetahuan, iman, dan takwa harus bersatu.”

Menurutnya, masa hidup BJ Habibie dihabiskan demi kemajuan bangsa dan negara. Kisah perjalanan beliau menunjukkan bahwa semasa muda, almarhum tampil sebagai tokoh yang visioner dengan tidak hanya berpikir untuk dirinya sendiri, melainkan turut memikirkan tentang perjalanan bangsa Indonesia ke depan.
“Almarhum tidak hanya berpikir tentang apa yang terjadi di Indonesia saat ini, tidak hanya berpikir tentang apa yang terjadi pada Indonesia untuk satu atau dua tahun mendatang. Tapi, almarhum sudah berpikir dan bekerja untuk membangun masa depan Indonesia 50 tahun ke depan, untuk 100 tahun ke depan, untuk Indonesia bisa lepas landas menjadi Indonesia maju,” kata Presiden.
Berkat visi, gagasan, dan kerja keras beliau, terlahir industri-industri strategis Indonesia. Bangsa Indonesia masih mengingat saat-saat pesawat N250 Gatot Kaca yang dirintis olehnya terbang perdana pada Peringatan 50 Tahun Kemerdekaan Indonesia.
Presiden menyebut bahwa momen tersebut hingga saat ini masih menjadi inspirasi bagi pemuda Indonesia untuk terus maju dan menjadikan Indonesia berdiri sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia.

“Sebuah peristiwa bersejarah yang tertanam dalam benak rakyat Indonesia. Menginspirasi kita untuk percaya diri, menginspirasi anak-anak muda untuk bangkit, dan belajar untuk menjadikan Indonesia sebagai negara yang berdiri sejajar dengan negara-negara besar di dunia,” jelasnya.
Tak kalah penting, bangsa Indonesia juga mengenang jasa almarhum semasa menjabat sebagai Presiden ke-3 Republik Indonesia. Di tangan beliau, fondasi dan penguatan bagi demokrasi telah diletakkan sehingga dapat dinikmati oleh rakyat Indonesia di masa ini.
“Bahkan di masa senjanya, almarhum tanpa kenal lelah terus mengingatkan kita semua untuk menjadi manusia-manusia terbaik bagi Indonesia. Menjadi manusia-manusia yang selalu berhati Indonesia,” imbuhnya.
Oleh karena itu, Presiden Jokowi mengajak seluruh rakyat Indonesia mengucapkan terima kasih dan memberikan penghormatan tertinggi atas jasa dan pengabdian almarhum bagi bangsa dan negara dengan mendoakan almarhum agar diterima di tempat terbaik di sisi-Nya. Adapun Presiden juga mendoakan agar keluarga yang ditinggal almarhum diberikan kesabaran dan ketabahan.
Apa yang dirintis dan diupayakan oleh almarhum semasa hidup akan terus diperjuangkan para penerus bangsa. “Selamat jalan Mr Crack, selamat jalan sang pionir. Kami akan selalu ingat pesanmu, jangan terlalu banyak diskusi, jangan cengeng, tetapi terjunkan diri ke proses nilai tambah secara konsisten, pasti Indonesia akan terkemuka di Asia Tenggara dan di dunia,” tandasnya. (Trianto Hery Suryono)