Portalika.ID [SUKOHARJO]-Sejumlah Polwan Polres Sukoharjo dilibatkan dalam kegiatan vaksinasi massal, Selasa, 24 Agustus 2021. Mereka diterjunkan di bidang registasi, observasi, input data dan percetakan kartu vaksin.
Sebanyak 2.393 warga divaksin dalam sehari ditempat terpisah dan dosis berbeda. Sejumlah 877 warga mengikuti vaksin dosis 2 di Gedung PGRI Sukoharjo dan ke-1.516 pekerja mengikut vaksinasi dosis 1 di Gedung Serbaguna Sritek. Kapolres Sukoharjo, AKBP Wahyu Nugroho Setyawan, menyatakan keterlibatan Polwan dikarenakan bertepatan dengan HUT ke-73 Polwan. “Ini dalam rangka bakti Polwan dalam menyambut Hari Jadi Polwan ke-73, pada tanggal 1 September 2021 nanti,” kata Kapolres.

Karenanya Polwan Polres Sukoharjo diterjunkan untuk membantu percepatan penanggulangan covid-19 di Gerai Vaksinasi Merdeka Candi TNI-Polri. Saat berkunjung ke Gerai Vaksinasi di Gedung PGRI, Kapolres, mengatakan Gerai Vaksinasi Merdeka Candi Polres Sukoharjo akan terus berlanjut sebagai Percepatan Penanggulangan covid-19 untuk mewujudkan masyarakat yang sehat dan produktif. “Untuk hari ini, vaksinasi dosis ke-2 di ikuti 877 orang yang terdiri dari tokoh agama, tokoh masyarakat, mahasiswa dan semua lapisan masyarakat.”
Kapolres menyampaikan, dalam pelaksanaan vaksinasi terlihat masyarakat antusias untuk mendapatkan vaksin. “Semoga dengan antusias masyarakat yang tinggi ini dapat mempercepat herd immunity masyarakat, sehingga pandemi covid-19 segera berakhir,” jelasnya.
Selain di Gedung PGRI, Gerai Vaksinasi Merdeka Candi Polres Sukoharjo dosis I juga dilaksanakan di Gedung Serbaguna PT Sritek. Vaksinasi di ikuti 1.516 buruh/karyawan dan masyarakat Kabupaten Sukoharjo.
Lebih lanjut Kapolres bercerita, sejarah Polwan dimulai pada awal tahun 1948. Pada saat itu, terdapat kesulitan-kesulitan pada pemeriksaan korban, tersangka ataupun saksi wanita terutama pemeriksaan fisik untuk menangani sebuah kasus. Hal tersebut mengakibatkan polisi sering kali meminta bantuan para istri polisi dan pegawai sipil wanita untuk melaksanakan tugas pemeriksaan fisik.
Kemudian, organisasi wanita dan organisasi wanita Islam di Bukit Tinggi berinisiatif mengajukan usulan kepada pemerintah agar wanita diikutsertakan dalam pendidikan kepolisian untuk menangani masalah tersebut. Pada tanggal 1 September 1948 secara resmi disertakan enam siswa wanita yaitu Mariana Saanin, Nelly Pauna, Rosmalina Loekman, Dahniar Sukotjo, Djasmainar, Rosnalia Taher; untuk mulai mengikuti pendidikan inspektur polisi. (Triantotus)