
Portalika.ID [SOLO]-Pengusaha Usaha Kecil Menengah (UKM) Kabupaten Sragen, Provinsi Jawa Tengah (Jateng) menjadi fokus tim dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta. Produk UKM itu adalah camilan tradisional Kembang Goyang Bu Ninik di daerah Nglorog, Desa Bulaksari, Kabupaten Sragen.
Pengembangan pasar medsos, menurut Deputi Humas UNS, Dr Intan Novela, Rabu (30/10/2019), seiring dengan perkembangan teknologi informasi yang tidak terhindarkan lagi.
Karenanya semua bentuk bisnis harus dapat melakukan adaptasi agar dapat bertahan dalam menghadapi persaingan yang semakin sengit, termasuk pengusaha UKM yang bergerak pada industri makanan tradisional.
Industri makan an tradisional telah ada dari sejak dulu kala. Berdasarkan fenomena itu, tim FEB UNS terdiri atas Suryandari Istiqomah, SE, MSc, Yeni Fajaryanti SE, MSi dan Amina Sukma Dewi, SE, MSi melaksanakan pengabdian kepada masyarakat khususnya UKM Camilan Tradisional Kembang Goyang Bu Ninik di daerah Nglorog, Bulaksari, Sragen.

Suryandari Istiqomah, menjelaskan fokus pengabdian tim adalah memberikan edukasi, pelatihan dan pembinaan kepada UKM agar dapat berinovasi pada bisnis melalui inovasi produk dan inovasi pasar. Menurutnya, inovasi produk dalam pengabdian melalui perbaikan kemasan dan memberikan berbagai varian rasa pada produk.
Perbaikan kemasan dilakukan dengan melakukan desain kemasan yang enak dilihat dan menarik pelanggan. Suryandari mengatakan perbaikan kemasan antara lain menyiapkan stiker kemasan plastik dengan warna menyala, kardus kemasan dengan desain pelanggan kelas premium maupun mempermudah pengiriman jarak jauh, stiker untuk kemasan khusus seperti toples hantaran dan kardus oleh-oleh.
Inovasi pasar dilakukan karena selama ini pasar produk camilan dari UKM binaan berfokus pada pasar tradisional dimana terbatas menggunakan media pemasaran dari mulut ke mulut saja atau getok tular.
“Namun dengan perkembangan teknologi informasi maka UKM mencoba memperluas pasar mereka dengan melakukan penjualan dengan bantuan berbagai media sosial seperti Instagram dan Facebook. Dengan penggunaan media sosial ini diharapkan cakupan penjualan produk camilan tradisional ini akan semakin luas dan merambah kalangan milenial,” kata Suryandari.
Suryandari menambahkan, salah satu fungsi pengabdian ini adalah memberikan pelatihan dan pendampingan dalam pembuatan konten-konten pemasaran menarik kemudian diunggah ke medsos. “Pelatihan mencakup cara pemotretan dan pembuatan konten kreatif. Setelah dilakukan pelatihan maka konten-konten kreatif tersebut kemudian diunggah ke media sosial, dan reaksi pasar cukup bagus. Selain itu juga diperlukan peran aktif dari UKM binaan untuk tetap melakukan usaha-usaha pemasaran dengan konsisten di media sosial agar dapat menjaga respon positif dari masyarakat sehingga dapat berdampak pada peningkatan kinerja bisnis.” (Trianto Hery Suryono/*)