
Portalika.ID [WONOGIRI]-Sejumlah 20 warga Dusun Sumberejo atau Rangkok, Desa Purworejo, Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri mendatangi Kantor Dinas Lingkungan Hidup (LH) Wonogiri, Jumat (6/9). Didampingi penasehat hukum dari Peradi Solo, Sarif Kurnawan, SH, mereka mengadukan kondisi air sungai berubah warna, ikan-ikan mati, cekungan air sungai menjadi sarang jentik nyamuk dan gagal panen padi di lahan sawah mereka.
Mereka diterima di ruang Kepala Bidang Pembinaan dan Penyelesaian Lingkungan Hidup, Wonogiri, Konfrotadi dan Kepala Seksi Pengaduan dan Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup, Wonogiri, Suhar Irianto.
Juru bicara warga, Witanto, meminta ada solusi permanen agar kearifan lokal masyarakat desa tetap terjaga.
“Masyarakat desa menilai keberadaan sungai menjadi segala sumber kehidupan. Sungai menjadi tempat bermain, tempat berlatih renang, sumber air irigasi persawahan dan sebagainya. Kami berharap kearifan lokal itu tidak hilang. Generasi bangsa besuk tetap masih bisa melihat keberadaan sungai pedesaan menjadi sumber dari segala sumber kehidupan masyarakat,” ujarnya.

Dia bercerita, sepekan terakhir masyarakat Dusun Sumberejo atau Rangkok dan Dusun Mundu, Desa Purworejo resah akibat air sungai berubah warna menjadi pekat. Dampaknya, tanaman padi sawah mati. Demikian juga ikan-ikan mati dan kaki manusia yang terkena air sungai terluka. “Ada 20-an hektare lahan sawah terdampak berubahnya warna air sungai.”
Warga yang ikut datang ke KLH, Sunarno, bercerita, dirinya gagal panen karena tanaman padi miliknya mati. “Pagi ditanam kemudian dialiri air dari sungai sore harinya tanaman padi mati. Air pekat dan terkena kaki menjadi luka. Sudah ada yang operasi tiga kali,” jelasnya.
Koordinator penggarap lahan tersebut, bercerita ikan kecil sejenis cethol sudah tidak ada. Dia berharap kegagalan panen mendapatkan kompensasi sehingga bisa tanam kembali.
Hal sama disampaikan petani lain, Tumin. Dia mengatakan sudah tiga kali gagal panen. Menurutnya, keruhnya air sungai terjadi belakangan ini. “Sepekan terakhir air pekat dan bau seperti septik tank.”

Warga menduga bau dan limbah tersebut berasal dari pabrik yang berdiri di daerah hulu sungai. “Masyarakat Dusun Blimbing, Desa Ngadirojo Kidul juga mengambil air dari sungai tetapi tanaman tidak mati karena air yang diambil di atas pipa buang limbah sedangkan persawahan warga Dusun Sumberejo atau Rangkok berada di bawah pipa buang limbah pabrik,” jelasnya.
Kepala Bidang Pembinaan dan Penyelesaian Lingkungan Hidup, Wonogiri, Konfrotadi, mengapresiasi kedatangan warga terdampak limbah ke kantornya. “Warga datang ke sini [KLH] sudah pas, sudah benar. Kami akan turun melakukan pengecekan setelah mendapatkan masukan warga. Dahulu pernah ada keluhan dan pabrik sudah diberi sanksi yakni membuat kolam pengolahan limbah.”
Alumni Fakultas Pertanian UNS Surakarta ini, menegaskan permasalahan warga segera ditangani agar mendapatkan solusi. Kepala Dinas LH Wonogiri, Wahyu Widayatto saat menghubungi Portalika.ID, mengatakan pimpinan Forum Pimpinan Kecamatan (forkopinca) sudah turun melakukan pengecekan. “Informasi awal, warga mengeluhkan tanaman pertanian sehingga forkopinca sudah turun. Namun jika hari ini ada masukan soal limbah maka akan dilakukan pengecekan sudah sesuai baku mutu belum limbah yang dibuang oleh pabrik,” katanya. (Trianto Hery Suryono)