
Portalika.ID [SOLO]- Tanaman di lingkungan manusia memiliki manfaat di tengah pandemi Covid-19. Penelitian dari Kebun Raya Purwodadi, Pasuruan, Jawa Timur melalui peneliti muda Trimanto telah melakukan survei dengan hasil empon-empon menjadi tanaman yang diburu masyarakat selama pandemi Covid-19 karena memiliki manfaat.
Survei dari 200 responden, sebanyak 76% menggunakan empon-empon saat pandemi, paling banyak yaitu jahe sekitar 44%, kemudian disusul oleh lemon sebanyak 25,5% dan kunyit sebanyak 10%. Potensi pemanfaatan Zingiberaceae di tengah pandemi memang sangat tinggi karena salah satu kegunaannya sebagai penambah daya tahan tubuh.
Hasil itu muncul dan disampaikan dalam Webinar yang digelar Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan (FKIP) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta akhir pekan. Deputi Humas UNS, Dr Deddy Whinata Kardiyanto, SOr, MPd, Minggu (21/6/2020) dalam pernyataan pers, menjelaskan kegiatan yang mengusung bertema Studi Keragaman Flora Indonesia dan Potensi Pemanfaatannya di Tengah Pandemi Covid-19. Webinar menghadirkan dua orang pakar sebagai narasumber, yakni Akhmad Saikhu, MScPh, selaku Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional Tawangmangu dan Trimanto, MSi, peneliti muda dari Kebun Raya Purwodadi, Pasuruan, Jawa Timur.
Trimanto menyampaikan materi Keragaman dan taksonomi Zingiberaceae serta Potensinya di Masa Pandemi Covid-19. Menurutnya, Zingiberaceae merupakan temu-temuan yang banyak ditemukan di daerah tropis khususnya Indonesia.
“Beberapa anggota keluarga Zingiberaceae antara lain Zingiber officinale, Curcuma longa, Curcuma xanthorizha, Curcuma aeruginosa, Alpinia galangal, Kaempferia galangal dan masih banyak lainnya. Setiap jenis memiliki fungsi pengobatan yang berbeda-beda, seperti Curcuma longa berkhasiat untuk menambah stamina dan nafsu makan, mengobati sakit perut, maag, diare, sembelit, dan kembung,” paparnya.
Selain untuk obat, ujarnya, Zingiberaceae juga berguna untuk bumbu, pewarna, essential oil, sayuran, kosmetik, keagamaan dan ritual, serta ornamental. Penggunaan Zingiberaceae juga mengalami peningkatan sejak pandemi, salah satunya pada tanaman jahe.
“Berdasarkan survei dari 200 responden, sebanyak 76% menggunakan empon-empon saat pandemi, paling banyak yaitu jahe sekitar 44%, kemudian disusul oleh lemon sebanyak 25,5% dan kunyit sebanyak 10%. Potensi pemanfaatan Zingiberaceae di tengah pandemi memang sangat tinggi karena salah satu kegunaannya sebagai penambah daya tahan tubuh.”
Di seminar itu juga muncul keragaman flora Indonesia khususnya tanaman obat mampu dimanfaatkan sebagai salah satu cara menjaga daya tahan tubuh saat menghadapi pandemi. Kegiatan berlangsung secara daring melalui aplikasi Zoom Meeting dan siaran langsung kanal Youtube diikuti sekitar 300 peserta aktif. Hadir pula Kepala Program Studi Pendidikan Biologi FKIP UNS, Dr Muzazzinah.
Muzazzinah mengapresiasi panitia dan peserta yang antusias mengikuti webinar. “Kami sangat mengapresiasi antusiasme dari peserta webinar serta panitia. Webinar ini diikuti oleh peserta dari 30 provinsi di Indonesia. Diikuti juga oleh 114 Perguruan Tinggi di Indonesia dan satu perguruan tinggi di Bangkok. Peran tumbuhan dalam pandemi Covid-19 yakni dapat menjadi agen untuk mempertahankan daya tahan tubuh, terlebih kita saat ini sedang menghadapi new normal. Berbicara daya tahan tubuh, maka di sekitar kita ini terdapat banyak sekali tanaman yang mampu menjaga stamina,” jelasnya saat membuka acara Webinar.
Dimoderatori Nurmiyanti, MSi, dosen Pendidikan Biologi UNS, Akhmad Saikhu, menyampaikan materi Peran Litbang Tanaman Obat dan Obat Tradisional serta Pemanfaatan Potensi Obat Tradisional Indonesia.
“Hingga saat ini kami sudah mengumpulkan sekitar 27.000 kumpulan herbarium. Selain itu Litbang juga memfasilitasi aktivitas Ilmu Pengetahun dan Teknologi (Iptek) sediakan jamu dalam rangka saintifikasi jamu. Kebun tanaman obat yang sudah dikelola oleh Litbang tersebar di beberapa wilayah, seperti etalase tanaman obat Indonesia di Kalisoro, lalu di Karangpandan terdapat kebun produksi dan di Telaga Dringo terdapat kebun subtropik tanaman obat,” jelasnya.
Selain penelitian dan pengembangan, terdapat beberapa kegiatan lain dari Litbang seperti penyediaan bahan baku terstandar, pelatihan teknis, diseminasi informasi hasil penelitian, serta wisata kesehatan jamu.
“Arah penelitian di bidang tanaman obat dan obat tradisional dibagi menjadi lima, yaitu bioprospeksi tanaman obat, standardisasi tanaman obat, uji praklinik, formulasi sediaan jamu, serta uji klinik dan pemanfaatan jamu. Kami juga mengumpulkan informasi ramuan jamu. Hingga 2017, terdapat 32.014 ramuan jamu dari 47.467 info tumbuhan penyusun jamu. Kegunaan ramuan terbanyak pada tahun 2017 yakni untuk perawatan, pra/pasca persalinan, luka terbuka, dan malaria.” (Trianto Hery Suryono)