Isu-isu sosial yang tampak dampak endemi garis besar

Normal Baru, Masalah Lama: Jejak Endemi dalam Kerentanan Sosial

Ketika sebuah penyakit beralih status dari pandemi menjadi endemi, seringkali muncul persepsi bahwa krisis telah berakhir. Namun, bagi masyarakat, endemi bukanlah akhir dari permasalahan, melainkan fase baru di mana isu-isu sosial yang diperparah selama pandemi kini mengakar dan menjadi bagian dari ‘normal baru’. Jejak endemi ini tampak jelas dalam beberapa kerentanan sosial yang terus membayangi.

1. Ketimpangan Ekonomi yang Menganga:
Endemi memperjelas dan memperparah jurang antara yang mampu bertahan dengan yang terpuruk. Sektor informal, UMKM, dan pekerja harian menjadi kelompok paling rentan terhadap guncangan ekonomi berkepanjangan. PHK, penurunan pendapatan, dan ketidakpastian kerja yang menjadi ‘normal’ bagi sebagian orang, kini menjelma menjadi kemiskinan struktural yang sulit diatasi, meninggalkan bekas luka ketimpangan yang mendalam.

2. Beban Kesehatan Mental yang Meluas:
Tekanan hidup berdampingan dengan ancaman penyakit, isolasi sosial, kehilangan orang terkasih, dan ketidakpastian masa depan telah meninggalkan trauma kolektif. Endemi berarti stres dan kecemasan ini tidak hilang, melainkan menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Angka depresi, kecemasan, dan burnout meningkat, sementara akses terhadap layanan kesehatan mental masih terbatas dan seringkali distigmatisasi.

3. Kesenjangan Pendidikan yang Membesar:
Periode pembelajaran jarak jauh selama pandemi telah menciptakan ‘ketertinggalan belajar’ yang signifikan, terutama bagi anak-anak dari keluarga kurang mampu atau yang tidak memiliki akses teknologi memadai. Dalam fase endemi, kesenjangan ini berpotensi menjadi permanen, mengancam masa depan generasi dan memperpetakan siklus kemiskinan dan keterbatasan akses terhadap peluang.

4. Kerentanan Sistem Kesehatan yang Persisten:
Meskipun tidak lagi dalam mode krisis akut, sistem kesehatan tetap merasakan beban endemi. Sumber daya yang dialihkan untuk penanganan penyakit endemi mungkin mengurangi fokus pada penyakit lain atau pelayanan kesehatan dasar. Ini memperlihatkan kerapuhan sistem yang membutuhkan investasi jangka panjang, bukan hanya saat darurat.

Kesimpulan:
Endemi bukanlah akhir, melainkan transisi ke fase di mana kita harus secara sadar mengakui dan mengatasi isu-isu sosial yang telah mengakar. Mengabaikannya berarti membiarkan kerentanan ini menjadi bom waktu yang siap meledak di masa depan, menghambat kemajuan dan kesejahteraan sosial secara keseluruhan. Pendekatan holistik yang melibatkan kebijakan ekonomi, kesehatan mental, pendidikan, dan penguatan komunitas adalah kunci untuk membangun ketahanan sosial di era ‘normal baru’ ini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *